kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
G20 /

Upaya Menggalang Pendanaan US$ 30 Miliar di G20 untuk Ekonomi Hijau Berkelanjutan


Senin, 14 November 2022 / 05:35 WIB
Upaya Menggalang Pendanaan US$ 30 Miliar di G20 untuk Ekonomi Hijau Berkelanjutan

Reporter: Bidara Pink, Muhammad Julian, Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID -  NUSA DUA. Indonesia berupaya memobilisasi dana untuk program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). 

Target mobilisasi dana ini mencapai US$ 30 miliar, partisipasi dari berbagai pemangku kepentingan baik pelaku bisnis, lembaga keuangan, pemerintah maupun filantropi.

Penggalangan dana ini  dilakukan oleh Tri Hita Karana (THK). Tujuan penggalangan dana untuk pembangunan berkelanjutan yang bertema "Future Knowledge and Blended Finance for Better Business and Better World". 

THK mendukung setidaknya 20 proyek inkubasi yang akan memobilisasi lebih dari US$ 30 miliar investasi pada berbagai sektor di bidang energi, kehutanan dan penggunaan lahan, laut dan air, plastik, kesehatan dan pembangunan manusia.

Penggalangan dana ini dilakukan dalam rangkaian pertemuan G20 yang berlangsung di Nusa Dua Bali.

Baca Juga: Harga Listrik Energi Hijau Lebih Mahal, Ini Alasannya

Tantowi Yahya, Executive Lead of THK Forum 2022 dan sekaligus Duta Besar Keliling untuk Kawasan Pasifik menjelaskan, Forum THK ini berperan sebagai platform untuk menggalang dukungan sekaligus merayakan dan mengumumkan komitmen dalam upaya mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). 

Menurut Tantowi, forum ini berorientasi pada hasil, tapi tetap membuka ruang interaksi dan diskusi dari perserta agar bisa mencari solusi untuk mendatangkan investasi dan inovasi berkualitas.

Forum THK 2022 dibuka oleh Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Republik Indonesia Luhut B. Pandjaitan Minggu (13/1).

Forum THK terdiri dari dua bagian, THK Blended Finance Forum pada 13-14 November, dan THK Future Knowledge Summit pada 17-18 November. 

Luhut menegaskan, komitmen Indonesia terhadap perubahan iklim sangat kuat. "Namun, kami menghadapi tantangan untuk mempercepat pencapaian TPB," katanya. 

Baca Juga: PLN Paparkan 8 Inisiatif Transisi Energi dalam COP 27 di Mesir

Untuk itu, perlu adanya pembiayaan campuran agar bisa membiayai begitu banyak proyek iklim.

Pemerintah Indonesia sendiri, saat ini sedang memfinalisasi Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan.

Salah satunyadengan kolaborasi untuk penghentian pembangkit tenaga batubara (PLTU) lebih cepat dari rencana, dan menggantikannya dengan energi terbarukan.

Karena itulah Forum THK mengumumkan penggalangan dana lebih dari US$ 30 miliar yang terdiri atas komitmen, beberapa proyek dan insiatif untuk pencapaian TPB. 

Inisiatif tersebut akan memprioritaskan hal-hal berikut:

  • Percepatan investasi untuk transisi energi berkeadilan di Indonesia.
  • Meningkatkan pendanaan untuk pengelolaan sampah dan infrastruktur berkelanjutan.
  • Memobilisasi dana untuk solusi berbasis lingkungan, terutama laut, hutan, dan sistem pangan regeneratif

Salah upaya penggalangan dana diantaranya dengan perjanjian inovatif antara PLN dan Amazon untuk menyediakan energi terbarukan dengan kapasitas 210 megawatt (MW) yang terbagi pada empat proyek panel surya di seluruh Indonesia.

Baca Juga: Skema Power Wheeling Dinilai Menguntungkan Bagi PLN  

Keempat proyek tersebut akan berlokasi di Jawa dan Bali, untuk mendukung sistem kelistrikan Jawa-Madura-Bali. 

Kerjasama ini merupakan kali pertama pihak swasta akan mampu mengakses utilitas proyek panel surya baru di Indonesia. 

Komitmen Amazon untuk menjadi pembeli merupakan kunci penggerak bagi proyek ini. 

PLN berencana memperkenalkan lebih banyak peluang proyek hijau agar perusahaan lainnya yang tertarik untuk bergabung. 

Dengan demikian, pilihan pengadaan energi terbarukan bagi pihak swasta akan lebih terbuka di Indonesia.

Menurut Michael Punke, Global Vice President for Public Policy, Amazon Web Services (AWS), kerjasama seperti ini diperlukan karena semua tahu bahwa tantangan iklim tidak dapat diselesaikan sendiri-sendiri, baik oleh pemerintah, swasta apalagi LSM. 

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Bukit Asam (PTBA) yang Bakal Mengakuisisi PLTU milik PLN

Karena itu semua pemangku kepentingan perlu menjalin kerjasama yang lebih kuat. "Inilah pentingnya organisasi seperti Forum THK untuk menyatukan berbagai pemangku kepentingan untuk berbagi pengetahuan dan praktik baik guna mendorong kolaborasi.”

Sementara Presiden Direktur PT PLN Darmawan Prasodjo mengamini bahwa perlu upaya bersama untuk mempercepat transisi energi, terutama menciptakan energi murah dan bersih.

Selain itu pada forum ini ada juga peluncuran platform “Blue Halo S” dengan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi Republik Indonesia dan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 

Platform Blue Halo S adalah model baru untuk konservasi laut dan pengelolaan perikanan di Indonesia dengan pendekatan perlindungan laut terpadu dan manajemen perikanan berkelanjutan pertama di Indonesia, yang dirancang untuk swadana ke depannya.

M. Sanjayan, CEO Conservation International menyebut ada kebutuhan mendesak untuk mengonservasi ekosistem laut dan biodiversitas di dalamnya. Program ini ia yakini bisa sekaligus menyejahterakan masyarakat lokal secara berkelanjutan. 

"Pendekatan Blue Halo S menjadi cetak biru untuk membuat hal ini menjadi nyata," katanya.

Baca Juga: Sejumlah Poin Draf RUU EBT Dinilai Tak Sesuai Tujuan Mendorong Energi Terbarukan

Inisiatif lainnya adalah program Bersih Indonesia oleh Alliance to End Plastic Waste. Pada program ini ada komitmen pendanaan senilai US$ 36 juta untuk mendukung Indonesia dalam mengurangi 70% polusi plastik di laut pada 2025 dan mencapai hampir nol sampah plastik pada 2040. 

Melalui komitmen ini, the Alliance akan mendukung berbagai proyek di seluruh nusantara, termasuk program unggulannya. Bersih Indonesia: Eliminasi Sampah Plastik (Bersih Indonesia), yang telah dimulai dengan Tahap Satu di Malang Jawa Timur.

Menurut Leong Wai Leng, Managing Director and Regional Head APAC, CDPQ Global selama ini Asia  masih meremehkan potensi ekonominya padahal kondisi ini sudah berubah. 

Ia menilai, ekonomi Asia semakin bertumbuh dan stabil, sehingga bisa menjadi tujuan pendanaan untuk investasi berkelanjutan. 

"Sudah ada komitmen politik, dan para penyedia modal paham bahwa hal ini adalah investasi yang menguntungkan. Pembiayaan campuran membantu mempercepat proses ini," katanya.

Sementgara Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Sandiaga Uno berpendapat  Indonesia telah memiliki program desa wisata dengan pembiayaan campuran Ia mencontohkan Desa Serangan, yang memiliki lanskap urban bersejarah di Bali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×