kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%
G20 /

Sri Mulyani Beberkan Pembicaraan Alot dalam Komunike FMCBG


Jumat, 18 Februari 2022 / 21:35 WIB
Sri Mulyani Beberkan Pembicaraan Alot dalam Komunike FMCBG
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kanan) berbincang dengan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Bruce Aylward. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/POOL/rwa.

Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Negara-negara G20 sudah mencapai komunike dari pertemuan kedua para menteri keuangan dan pimpinan bank sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) pada 17 Februari 2022 hingga 18 Februari 2022. 

Namun, sebelum mencapai komunike, Menteri Keuangan Sri Mulyani menceritakan ada beberapa pembahasan yang cukup alot di antara negara-negara G20 ini. 

“Di dalam konteks ini ada perbedaan soal harapan. Tentu membutuhkan waktu untuk diskusi dari masing-masing negara untuk bisa mendengar hal yang disorti mereka. Kemudian mencoba memasukkan dalam kerangka yang bisa melihat bahwa ada niat baik dari semua pihak. Kami jembatani,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers daring, Jumat (18/2). 

Sri Mulyani kemudian memerinci ada beberapa isu yang cukup alot dibahas. Pertama, soal dampak dari tensi tinggi geopolitik antara Ukraina dan Russia. Dalam hal ini, jangan sampai melemahkan upaya pemulihan ekonomi. 

Baca Juga: Negara G20 Ingin Terapkan 2 Pilar Kebijakan Perpajakan Internasional Ini Tahun Depan

Menurut Sri Mulyani, untuk bisa mencapai kesepakatan, dibutuhkan waktu karena pada saat yang sama ada negara-negara yang masih dalam tensi tinggi. 

Kedua, pembicaraan soal pembiayaan berkelanjutan juga menjadi sesuatu yang menantang. Pasalnya, kesiapan negara-negara akan ini berbeda-beda. Katakanlah, terkait pasar karbon dan carbon pricing

Ketiga, terkait kemampuan negara miskin dalam menghadapi isu utang mereka. Terutama ada tiga negara yang masih memiliki jumlah utang banyak di tengah kondisi ekonomi yang tak mumpuni, seperti Chad, Zambia, dan Etiopia. 

Namun, akhirnya juga terdapat pembicaraan untuk negara-negara dengan utang tinggi dan kinerja ekonomi tidak terlalu baik bisa mendapatkan jeda dalam pembayaran utang. “Jadi, kami memimpin sidang, mendengar semua pihak, mengelola sehingga ada kesepakatan,” tandas Sri Mulyani. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×