kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%
G20 /

Implementasi Agenda SDGs Global Diperkirakan Butuh Biaya Mencapai US$ 3,7 Triliun


Kamis, 08 September 2022 / 22:14 WIB
Implementasi Agenda SDGs Global Diperkirakan Butuh Biaya Mencapai US$ 3,7 Triliun
ILUSTRASI. Implementasi Agenda SDGs Global Diperkirakan Butuh Biaya Mencapai US$ 3,7 Triliun.

Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembiayaan agenda tujuan pembangunan berkelanjutan/sustanaible development goals (SDGs) pada tahun 2030 diperkirakan mencapai lebih dari US$ 3 Triliun.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa mengatakan, Negara G20 harus menyadari bahwa banyak negara berkembang yang tidak memiliki sumber dana yang cukup untuk meningkatkan upaya mencapai Agenda SDGs 2030.

Perlambatan ekonomi yang ada dan dampak jangka panjang Covid-19 mengharuskan negara G20 untuk memobilisasi pembiayaan tambahan dari sumber-sumber inovatif. Kabar baiknya, ucap Suharso, hanya dengan mengalihkan 3,7% dari US$ 100 triliun dollar total aset investor institusional yang tersedia di tingkat global, dapat menutup kebutuhan pembiayaan SDGs global.

Baca Juga: Indonesia Serukan Skema Blended Finance untuk Pembiayaan SDGs di Forum G20

"Dari US$ 100 triliun, US$ 3,7 triliun itu kita bisa mencapai SDGs no one left behind," kata Suharso dalam konferensi pers usai pertemuan G20 Development Ministerial Meeting, Kamis (8/9).

Suharso menyebut, pembiayaan tersebut dapat digunakan untuk membangun infrastruktur dasar di beberapa negara. Terutama di negara-negara berkembang. Demikian juga untuk kegiatan-kegiatan misalnya peningkatan SDM, kesehatan terutama ibu dan anak, dan untuk merespon isu gender.

"Hal-hal yang ini yang sebenarnya dibiayai yang tidak terlalu besar kalau kita ingin mencapai SDGs pada tahun 2030," terang Suharso.

Lebih lanjut Suharso menyatakan, Development Working Group Ministerial Meeting berhasil menyelesaikan dan menyepakati dua dokumen keluaran atau deliverables. Yaitu G20 Roadmap for Stronger Recovery and Resilience in Developing Countries, including Least Developed Countries (LDCs), and Small Island Developing States (SIDS); dan G20 Principles to Scale up Blended Finance in Developing Countries, including LDCs and SIDS.

Di dalam Pertemuan Tingkat Menteri kali ini, Para Menteri Pembangunan G20 dan delegasi menyampaikan komitmen, gagasan, dan panduan politik untuk mengimplementasikan kesepakatan kita bersama ke dalam aksi-aksi kolektif yang konkret.

Komitmen tersebut telah ditunjukkan dan disampaikan di dalam pertemuan hari ini. Negara G20 menekankan kembali komitmen untuk mempercepat pencapaian Target Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs melalui penguatan ketahanan negara-negara berkembang dalam menghadapi krisis di masa depan.

"Kita juga mendukung upaya meningkatkan skala skema pembiayaan inovatif yaitu blended finance untuk pencapaian SDGs," ucap Suharso.

Komitmen tersebut sangatlah relevan dan penting untuk negara-negara berkembang. G20 berkomitmen untuk mengoptimalkan produktivitas, dan meningkatkan daya saing bagi Usaha Mikro Kecil Menengah agar resilien dalam menghadapi guncangan dan tantangan.

Baca Juga: Bappenas Dorong Skema Blended Finance untuk Kembangkan 10 Metropolitan Baru

Negara G20 juga berkomitmen untuk memperkuat ketahanan masyarakat dalam menghadapi guncangan, krisis, dan bencana di masa depan melalui implementasi Perlindungan Sosial Adaptif.

Selain itu, berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan dengan mendorong transformasi menuju ekonomi hijau dan ekonomi biru, melalui pembangunan rendah karbon dan pembangunan berketahanan iklim.

"Kami berkomitmen untuk meningkatkan pembiayaan campuran, atau blended finance, bagi negara-negara berkembang, dengan menunjukkan kepemimpinan dalam implementasi konkret yang akan dilaksanakan selanjutnya," jelas Suharso.

Untuk menindaklanjuti komitmen menjadi aksi dan implementasi konkret, Para Menteri Pembangunan G20 akan bermitra dengan negara-negara berkembang, organisasi internasional, Bank Pembangunan Multilateral, dan para pemangku kepentingan lainnya yang relevan untuk mempromosikan kerja sama pembangunan internasional melalui berbagai jalur.

Diantaranya melalui riset kebijakan, platform dialog, Kerja Sama Utara-Selatan, dan Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular, pembelajaran bersama atau peer-learning, pertukaran pengetahuan, pertukaran praktik baik antar negara, dan program-program peningkatan kapasitas.

"Sebagai salah satu kontribusi konkret, Pemerintah Indonesia juga menginisiasi pembentukan Global Blended Finance Alliance," kata Suharso.

Selanjutnya, Development Working Group menegaskan kembali dukungan terhadap pembaruan multilateralisme (reinvigorating multilateralism) untuk memastikan capaian SDGs secara tepat waktu. Negara G20 menyepakati bahwa terdapat kemunduran dalam pertumbuhan ekonomi dan pencapaian SDGs, karena tantangan pembangunan yang sedang berlangsung.

Baca Juga: Pemerintah Mendorong Transformasi Digital

Beberapa tantangan tersebut antara lain adalah pemulihan pasca-pandemi Covid-19 yang masih rentan, perubahan iklim, kepunahan keanekaragaman hayati, ancaman terhadap ketahanan pangan, dan stagnasi ekonomi. Negara G20 juga mempertimbangkan tensi geopolitik yang sedang berlangsung, beserta implikasi negatif yang ditimbulkannya terhadap upaya untuk menyelesaikan tantangan pembangunan.

Negara G20 menyepakati bahwa untuk menyelesaikan tantangan pembangunan, diperlukan langkah maju yang kolaboratif antara seluruh negara. Oleh karena itu, multilateralisme yang lebih inklusif dan optimal dibutuhkan dengan segera untuk menyelaraskan negara-negara tersebut dalam proses perumusan aksi kolektif.

Seterusnya, Negara G20 siap menegaskan kembali komitmen kita dalam mendukung pembaruan multilateralisme (reinvigorating multilateralism) demi mencapai SDGs.

"Seluruh hasil kerja dan capaian kita hari ini akan ditujukan untuk menyokong Konferensi Tingkat Tinggi G20, yang akan diadakan di Bali pada 15-16 November 2022," pungkas Suharso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×