Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presidensi G20 Indonesia menetapkan tiga topik utama yaitu kesehatan global, transformasi ekonomi digital dan transisi energi. Pilar transisi energi menjadi posisi penting tak hanya bagi Indonesia tapi juga bagi negara lainnya.
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut B Pandjaitan menyebut, pada COP26 lalu Indonesia telah sepakat untuk bersama-sama mempercepat pemakaian energi ramah lingkungan.
"Indonesia bertekad mencapai net zero emission pada 2060 atau lebih cepat dengan dukungan internasional. Selain menurunkan emisi kita harus betul-betul melakukan transaksi energi yang berkeadilan" kata Luhut membacakan arahan Presiden RI Joko Widodo dalam Peluncuran Transisi Energi G20 yang disiarkan akun YouTube Kementerian ESDM, Kamis (10/2).
Transisi energi tak dipungkiri membutuhkan biaya yang sangat besar. Dimana bagi negara miskin dan berkembang tentunya biaya tersebut diharapkan tidak membebani masyarakatnya, terlebih di masa pandemi ini.
Baca Juga: Forum Transisi Energi G20 Diluncurkan, Ini Tiga Isu Prioritasnya
Kemudian dalam melakukan transmisi energi juga haru seminal seminimal mungkin dampaknya kepada sosial ekonomi masyarakat. Luhut menegaskan untuk transisi energi berkelanjutan dan berkeadilan maka dalam Presidensi G20 Indonesia khususnya forum transisi energi fokus pada tiga fokus, yaitu akses energi, teknologi dan pendanaan.
"Jadi kita ingin yang berkeadilan yang bebannya berat harus dibantu, yang siap silakan jalan sendiri selain membantu yang belum mampu. Kita harus didukung penuh oleh kerjasama global yang kuat. Ini akan kita bangun di G20 Indonesia ini yang kita yang maksud dengan global deal," imbuhnya.
Bagian penting dari transisi energi adalah mulai mendorong industri yang lebih hijau. Misalnya saja Indonesia yang akan membangun kawasan industri hijau di Kalimantan Utara.
Dalam pembangunan tersebut Luhut menyebut tentu memerlukan investasi dan kontribusi dan sektor swasta hingga filantropi dalam bentuk pendanaan inovatif yang bisa mengafirmasi komitmen pendanaan sebesar US$ 100 miliar per tahun dari negara-negara maju dan negara berkembang.
"Saya meminta komitmen global atau global deal dari masing-masing G20 leader untuk sama-sama menyepakati langkah konkrit dalam percepatan transisi energi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News